GUO9GpGoBSrpBUW9TSG0TUApTA==

Cahaya yang Tak Pernah Padam, Makna Kehilangan dalam Keluarga

Foto :  Roni Novendra,S.Sos

Bukittinggi MataJurnalist.com_Keluarga adalah tiang penopang, tempat berlabuh, dan sumber cahaya kehidupan. Ketika salah satu pilar ini rapuh oleh takdir yang tak terhindarkan, setiap anggota keluarga merasakan guncangan yang berbeda, namun sama-sama menyakitkan.

Jika Orang Tua Laki-laki Meninggal, Reduplah Suasana dalam Rumah Tangga Itu, karena Tiang Utama Telah Pergi.

Seperti yang kita ketahui bahwasanya, Ayah adalah nahkoda keluarga, simbol kekuatan, perlindungan, dan panutan. Kepergiannya seringkali meninggalkan kekosongan dalam hal kepemimpinan dan rasa aman finansial maupun emosional. 

Suasana rumah terasa redup, bukan karena kehangatan itu hilang sama sekali, melainkan karena suara tegas dan bimbingan yang selama ini menjadi kompas telah tiada. 

Anak-anak dan pasangan merasa kehilangan payung yang selama ini menaungi mereka dari terik dan hujan kehidupan. Redup itu adalah penyesuaian akan sebuah struktur yang berubah, memaksa yang tersisa untuk segera menemukan kekuatan baru.

Jika orang tua perempuan meninggal dunia, maka hilanglah cahaya dalam rumah tangga tersebut, karena matahari kehangatan telah tenggelam.

Dari sebuah Ilmu yang penulis dapatkan informasi, bahwasanya Ibu adalah jantungnya rumah, sumber kasih sayang, kehangatan, dan pengikat emosi.

Kepergiannya adalah hilangnya cahaya sejati, karena ia adalah mata air tempat segala penat diredakan, dan tempat setiap anggota keluarga kembali untuk dihangatkan. 

Cahaya itu bukan hanya penerangan fisik, melainkan cahaya batin yang menerangi setiap sudut hati. Tanpa Ibu, rumah bisa terasa kosong dan sunyi, ikatan antar anggota keluarga teruji, dan rasa rindu akan belaian lembutnya menjadi kerinduan yang tak terperikan. Kehilangan Ibu adalah kehilangan poros kehangatan dan kelembutan abadi.

Namun jika saudara meninggal dunia, maka patahlah salah satu ranting pohon kehidupan, dan tinggallah kenangan tentang teman perjalanan.

Saudara adalah teman seperjuangan, saksi bisu masa kecil, dan cermin diri. Mereka adalah ranting-ranting yang tumbuh dari akar yang sama, saling menyentuh dan menguatkan saat badai datang. Kepergian saudara adalah patahan yang terasa hampa, sebuah janji masa depan yang hilang. 

Saudara adalah koneksi ke masa lalu, dan tanpanya, kenangan menjadi harta karun sekaligus beban rindu. Duka ini adalah duka yang memaksa kita menyadari bahwa kebersamaan yang dulu dianggap pasti, kini menjadi sebuah kemewahan yang harus dirayakan dalam ingatan.

Kehilangan, dalam bentuk apa pun, adalah bagian dari perjalanan hidup. Ini adalah ujian terberat yang mengajarkan kita tentang arti keikhlasan, kekuatan, dan betapa berharganya setiap detik kebersamaan.

Meskipun cahaya sejati dari orang yang dicintai telah berpindah dimensi, kita bisa menjaga cahaya itu tetap hidup. Redup dan hilangnya cahaya bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah proses pembangunan kembali. Proses di mana kita belajar mengambil peran baru, menguatkan ikatan yang tersisa, dan menjadikan kenangan indah sebagai bahan bakar untuk terus melangkah maju.

Sesungguhnya, mereka yang telah pergi tidak benar-benar menghilang, mereka hanya bersemayam dalam doa, kenangan, dan darah kehidupan yang terus mengalir dalam diri kita. Mereka adalah cinta abadi yang takkan pernah pudar.

Bagi yang Orang Tua masih Membersamai kita, penulis ingin menyampaikan, selagi kedua orang tua kita masih hidup, hargailah mereka dengan segenap jiwa. Tugas kita kini adalah membuat hati mereka tersenyum dan damai, bukan menoreh luka. Berikanlah waktu, perhatian, dan kata-kata terbaik. Ingatlah, kehadiran fisik mereka adalah anugerah yang masanya terbatas, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan emas untuk berbakti dan membahagiakan mereka.

Lebih lanjut, perbaikilah hubungan dengan saudara kita. Jika kini terasa renggang karena kesibukan atau salah paham, segeralah jalin kembali. Kehidupan bersama, canda, dan tawa yang khas dari ikatan persaudaraan tidak akan pernah terulang lagi ketika salah satu telah tiada. Maka, jagalah komunikasi yang baik dan hangat di dalam keluarga, karena mereka adalah jangkar kita setelah orang tua.

Dan terakhir, penulis juga menyampaikan, jika kedua orang tua kita kini telah tiada, jangan biarkan ikatan kasih itu terputus. Doakanlah mereka dengan sungguh-sungguh, karena doa adalah jembatan penghubung antara dua alam yang berbeda. Jadikan kebiasaan untuk senantiasa mendoakan mereka setiap usai menunaikan Shalat, agar hubungan batin kita dengan orang tua tetap terjalin erat. Doa adalah bukti cinta yang tak lekang oleh waktu dan batas dunia.

Semoga artikel dan pesan ini membawa manfaat dan menjadi pengingat berharga bagi kita semua. Aamiin ya Rabbal 'Alamin.

Penulis : Roni Novendra, S.Sos.

Komentar0

Type above and press Enter to search.