24 C
id

Pariwisata Kota Bukittinggi semakin Krisis.


Rudi Arnel : Ketua Umum Ikatan Pemuda Pariwisata Bukittinggi

Bukittinggi Matajurnalist.com_Pariwisata diartikan sebagai bentuk saling sinerginya antara objek wisata , Pemerintah, Pengusaha, UKM, Pelayanan Jasa serta Pelaku Wisata dengan daya tarik Media serta Ke arifan lokal masyarakat sekitar yang berhubungan dengan penyelenggaraan Pariwisata tersebut.

Kota Bukittinggi sebagai ikon Kota Wisata yang sudah di persiapkan oleh Pemerintahan terdahulu karena Kota kecil ini hanya Luas Sekitar 25 KM² Kota Tiga Kecamatan ini bisa di datangi oleh Pengunjung baik dalam negeri maupun Luar negeri kala itu dikarenakan hanya melihat Tiga Lokasi Objek Wisata yang di buat dan di tata dari zaman KOLONIAL Belanda dan Jepang yakni : Jam Gadang, TMSBK(Kebun Binatang) dan Panorama/Lobang Jepang dengan view Ngarai Sianok

Dari Objek Wisata ini Kota Bukittinggi bisa di Kenang dan menjadi Representasi Sebagai " Kota Tujuan Wisata " yang di Kagumi dan di segani oleh Kota dan Kabupaten lain di Sumbar saat itu.

Dalam tiga tahun terakhir hasil observasi dan investigatif Pelaku dan Peduli Wisata serta Tim Kreatif IPPB setiap tahun di masa Lebaran, Kita selalu lantang Informasi Publik di berbagai Media Massa menyampaikan Saran dan Krtikan Kepada Pemerintah beserta Dinas Terkait Kondisi KePariwisataan dan Multi efek Player mulai merosot dari Kunjungan Wisata Lokal, Rombongan Tamu Paket biasaya bulan Juli-Agustus dan September Wisatawan Bule Eropa, , Wisatawan Malaysia, Singapura Sudah memenuhi jadwal serta Bokingan Kamar Hotel dan Sektor Travel Agen Perjalanan mulai lesu.

Jam Gadang Sebagai Ikon Bukittinggi dan ikon Sumatera sudaj semakin buram dengan Kondisi retak di sendi bangunan melihatkan kepada pengunjung wisata lokal dan manca negara beginilah Kondisi Pariwisata Bukittinggi yang semakin krisis.. 

Apalgi Sejak Keluarnya Perda no. 08 thn 2023 tentang Tiket masuk Objek Wisata naik sampai 150% dari Rp. 10.000,- menjadi Rp. 25.000,- di TMSBK dengan kurang kontribusinya kepada Peningkatan objek Wisata Kebun Binatang Peninggalan Zaman Kolonial Belanda Tersebut, masih banyak Pagar-Pagar Pembatas Kandang yang sudah rapuh. Berkarat dan rawan bagi pengunjung alalagi anak-anak yang ingin memanjat Pagar melihat Satwa di dalamnya. 

Pandangan Kusam semak rumput yang tumbuh di beberapa kandang-kandang Satwa menjadi tontonan kurang nyaman dalam pembenahan objek Wisata yang meraup PAD terbesar setiap tahun kepada Pemerintah dengan kebersihan Kandang kurang maksimal. Menyebab kotoran binatang dan sisa makanan berserakan tanpa segera di bersihkan.

Sebagai multi efek Player Pedagang kecil UMKM Sekitar objek Wisata seperti Pedagang Kuliner, Pedagang oleh-oleh masih menjual produk belum menyelaraskan persamaan harga /non banderol tarif serta minimnya edukasi berbahasa inggris dalam panduan Petunjuk komunikasi Pengunjung wisata.

Artikel : Rudi Arnel,  Ketua Umum Ikatan Pemuda Pariwisata Bukittinggi

Postingan Lama
Postingan Lebih Baru

Posting Komentar

- Advertisment -